Jumat, 05 Oktober 2012

MULIANYA HATI SEORANG GURU

terpujiah wahai engkau ibu bapak guru . . .
namamu akan selalu hidup dalam sanubariku . . .
semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku . . .

sebagai prasasti terima kasihku tuk pengabdianmu . . .
engkau sebagai pelita dalam kegelapan . . .
engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan . . .
engkau patriot pahlawan bangsa . . .
*tanpa tanda jasa . . .

*berdasarkan SE PGRI 
Nomor : 447/Um/PB/XIX/2007 tanggal 27 November 2007 , lirik terakhir lagu hymne guru diganti dengan "pembangun insan cendekia"



Whatever, saya pribadi tidak terlalu mempermasalahkan pergantian lirik tersebut karena bagi saya keduanya memiliki makna yg benar. Iya benar, bagi saya guru adalah pahlawan tanpa  tanda jasa dan tidak bisa dipungkiri pula bahwa guru juga sebagai pembangun insan cendekia . . .
Namun yang saya sedikit kritisi disini adalah adanya semacam "degradasi mindset" yg dialami oleh sebagian besar masyarakat baik itu guru,pemerintah,maupun masyarakat umum lain yang notabene-nya pasti merasakan jasa guru yg besar bagi hidupnya.

Tidak perlu muluk-muluk saya tunjukkan adanya "degradasi mindset" seperti yang saya utarakan diatas. Contoh sederhana saja dapat kita lihat disekeliling kita atau bahkan kita lihat pada diri kita pribadi. Pernahkah kita menghubungi guru SD/SMP/SMA kita dahulu?? meskipun hanya untuk "sekedar" menanyakan kabar..Sempatkah terlintas dipikiran kita untuk sedikit memikirkan nasib guru kita yang sekarang sudah tua renta,memasuki usia pensiun,dan sakit-sakitan. Sedangkan kita masih asik dengan pekerjaan,jabatan,bisnis,kesuksesan yang kita miliki sekarang tanpa sedikitpun memikirkan kabar dan keadaan orang yang sangat berjasa dalam kesuksesan,jabatan,bisnis yang kita miliki sekarang.
Bahkan secara sengaja mungkin kita besikap acuh meskipun kita berpapasan dengan guru kita tersebut. Namun saya berani berkata bahwa meskipun tidak ingat nama muridnya satu per satu,namun doa seorang guru pasti akan selalu mengiringi langkah kita.

Salah satu kejadian yang menggetarkan hati saya adalah saat saya sedang bertugas di TPT (Tempat Pelayanan Terpadu) di Sebuah KP2KP (Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan). Saat itu saya bertugas untuk menerima SPT Tahunan PPh OP. Pada hari itu sedang ramai - ramainya para "sesepuh" pensiunan berbondong-bondong melaporkan SPT nya. Point pertama yang saya salut adalah "Begitu Besarnya Kesadaran Mereka Untuk Datang Ke Kantor Meskipun Dengan Umur Yang Sudah Tua,Jalan Yang Sudah Tak Seimbang,Mata Sudah Rabun. Namun Kesadaran Mereka Mengalahkan Itu Semua". Sekali lagi saya katakan bahwa saya SALUT pada mereka,dibandingkan dengan orang-orang yang secara sengaja tidak memenuhi kewajibanya padahal masih dikaruniai fisik yang sehat dan bugar oleh Allah.

Kembali ke cerita saya, saat saya sedang melayani seorang Bapak Pensiunan yang melaporkan SPT nya,tiba-tiba pintu kantor terbuka dan betapa kaget dan paniknya saya setelah melihat siapa itu yang datang. Beliau adalah mantan guru saya waktu SMP dulu yang sempat saya memiliki masalah cukup besar dengan beliau. Dulu saya adalah anak yang bandel, saya pernah mengirimkan sms kepada beliau yang saat itu menjabat sebagai kepala sekolah. SMS teror itu berisi segala hujatan kepada beliau, jujur saya saat itu tidak memiliki maksud tertentu dibalik sms itu,saya hanya ISENG. Namun akhirnya ketahuan juga,saya disidang didepan puluhan guru lain. Beberapa guru menangis, ya menangis antara kasihan dengan saya dan menangis karena sebel dengan saya. Sejak lulus SMP itu saya tidak pernah lagi bertemu dengan beliau sampai pada saat itu di kantor.
Sumpah saat itu saya sangatlah panik dan takut melihat beliau datang ke kantor dan duduk mengantri di kursi tunggu. Keringat bercucuran, saya takut setakut takutnya. Entah ditaruh mana muka saya apabila beliau ingat kejadian beberapa tahun yang lalu dan marah-marah didepan rekan-rekan kantor dan tamu lain. Dalam hati saya berdoa supaya beliau lupa dengan saya. Dan saat itupun tiba,bapak yang sedang saya layani telah selesai dan Beliau berdiri dan berjalan menuju kursi pelayanan didepan saya. Berikut perbincangan yang terjadi :
Saya = "Selamat Pagi Bu,ada yang bisa dibantu ??" (dengan suara gemetar dan keringat yg terus keluar)
Ibu = "Pagi mas,ini mas saya mau lapor SPT" (sambil menyerahkan SPT).."Kamu Yoga kan murid saya dulu??"
Saya = "ehh..ohh..iya bu..saya yg dulu nakal itu bu,,sekali lagi saya mohon maaf kepada ibu,saya khilaf dulu bu..tolong jangan marahi saya lagi bu" (dengan suara terbata-bata)
Ibu = "Ya Allah mas Yoga...sejak itu saya sudah maafin mas yoga kok..sama sekali saya tdk dendam,dan Subhanallah mas yoga,saya terharu dan bangga sekali mas anda sekarang sudah meraih cita-cita..berarti doa saya selama ini di ijabah Allah" (beliau bicara demikian sampil menitikkan air mata dan mengelus rambut saya).
Sampai saat ini,apabila saya ingat kejadian itu,sangat terharu dan bergetar hati saya. Bukannya marah namun malah menangis bangga dan mengucapkan terima kasih kepada saya karena saya telah ingat beliau dan mewujudkan kesuksesan yg merupakan doa beliau.

Point terpenting yang menjadi kesimpulan (mungkin bisa dijadikan pelajaran) adalah Bagaimanapun nakalnya kita dulu, sedikitpun tidak akan mengurangi kasih sayang dan doa guru kepada muridnya. Dan kebahagiaan terbesar seorang guru adalah ketika bisa melihat muridnya mencapai apa yang diinginkan. Mereka tidak menuntut untuk diingat,diberi uang,atau apapun. Sangat lebih dari cukup bagi mereka untuk tersenyum bangga di hari tua-nya dengan mendengar/melihat kisah sukses muridnya. 

"TIDAK ADA SEORANGPUN DI DUNIA INI YANG DALAM LUBUK HATI PALING DALAM MAMPU BERKATA BAHWA JASA SEORANG GURU ADALAH OMONG KOSONG BELAKA"

Terakhir, saya berdoa semoga semua ibu dan bapak guru saya senantiasa dinaungi ridho Allah dalam hidupnya...Semoga dilimpahkan pahala bagi semua ibu dan bapak guru atas jasanya selama ini..
Untuk ibu dan bapak guru saya yang telah dipanggil Allah, saya yakin dan senantiasa berdoa supaya aliran amal jariyah selama ini memberikan tempat yang sempurna di sisi Allah...


Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku . . .



Tidak ada komentar:

Posting Komentar